infoindonesiainews.com | Yasona Laoly dan Hasto Kristiyanto bukanlah pengurus parpol kaleng-kaleng. Kelasnya kakap. Tapi keduanya ikut cawe-cawe “mengurusi” Ade Armando, pensiunan dosen UI yang jadi kader sekaligus caleg PSI.
Urusannya memang gawat, Ade Armando dituntut oleh para penggugat (dalam hal ini PDIP) sebesar 200 milyar. Buset. Dengan duit segede itu Ade Armando bisa mentraktir koleganya di PSI untuk beberapa dekade ke depan, dan traktirnya di restoran yang full-cholesterol. Akibatnya kolega DPP PSI bisa mengalami obesitas akut. Memang berbahaya Ade Armando ini.
Apa sih perkaranya? Ini lebih aneh lagi. Gara-gara Ade Armando mau membela PDIP dari serangan hoaks malah ia sendiri dituduh menyebar hoaks. Soal “Benarkah Megawati Ngamuk Karena Kaesang Gabung PSI” yang merespon (mempertanyakan) kesahihan unggahan seorang netizen karena tidak ada rujukan yang jelas.
Terhadap “mens-rea” ala pemikiran Badan Bantuan Hukum dan Advokasi Rakyat (BBHAR) Pusat PDIP ini Ade Armando mesti berimajinasi ada 200 milyar di dalam brankas atau rekening pribadinya. Mungkin Ade Armando masih berpikir keras sampai sekarang, mengapa niat baiknya terhadap PDIP (Megawati) malah direspon begitu ya? Aneh.
Tapi ini tahun politik bung. Tahun 2023-2024 adalah tahun yang dipenuhi hoaks dan pemberitaan ngawur yang amat berpotensi menyesatkan pikiran. Dari pikiran berujung jadi sikap yang menentukan tindakan kita. Jadi aneh-aneh.
Kesannya yang muncul jadi nampaknya Ade Armando yang PSI ini dibenci sekali oleh PDIP. Apakah lantaran videonya yang diunggahnya dianggap terlalu kritis terhadap segala sesuatu? Terhadap PDIP?
Ini jadi seperti Sokrates yang dianggap PITA, “pain in the ass” bagi sebagian penguasa di kota Athena. Ia jadi begitu populernya di kalangan muda dan mereka yang gemar menggunakan akal sehat. Karena mereka percaya “hanya dengan akal sehatlah bangsa ini akan selamat”.
Tambah lagi sekarang Ade Armando nyalegnya via PSI. Parpol tengil yang sekarang dipimpin bocil. Mungkin ini tambah bikin PDIP pusing tujuh keliling. Pertama karena Ade Armando sudah dianggap menyebalkan, dan kedua tambah lagi nyalegnya lewat PSI, ini sih ngeselinnya kwadrat. Ibarat bisulnya bukan di pantat sebelah kiri, tapi juga di kanan. Gimana bisa duduk tenang?
Belum tuntas benar urusannya dengan kedua tokoh besar parpol itu (Yasona dan Hasto), kini Ade Armando mesti berhadapan dengan sekelompok orang di Yogyakarta. Gegara videonya yang (katanya) menyinggung perasaan orang Yogya. Ini soal contohnya tentang politik dinasti.
Sultannya sendiri sih tampak tenang saja. Lah wong khusus untuk Yogya ada dasar undang-undangnya kok. Jadi ya secara konstitusi dibenarkan. Tapi Ade Armando juga tidak salah kok, khan dia cuma mau bilang bahwa di Indonesia ada contoh politik dinasti, di Yogya misalnya. Dan itu memang betul, konstitusional lagi.
Dinasti Politik memang biasa terjadi, dimana-mana. Yang dipermasalahkan bukanlah soal dinasti politiknya, tapi “abuse of power” (penyalahgunaan kekuasaan), penyelewengan, kesewenang-wenangan. Itu yang harus diawasi.
Apakah di PDIP tidak ada dinasti politik, atau politik dinasti? Biarlah PDIP sendiri yang menjawabnya.
Yang kita perlukan sekarang adalah orang seperti Ade Armando dan PSI berada di parlemen kita yang selama ini bisu atau gagu. Gagu soal mega-korupsi BTS misalnya.
Bayangkan ada dua bisul sekaligus (Ade Armando dan PSI). Bakal nggak bisa duduk tenang-tenang lagi itu parlemen.
Narasumber Pewarta: Andre Vincent Wenas,MM,MBA., Direktur Eksekutif, Lembaga Kajian Strategis PERSPEKTIF (LKSP), Jakarta.