Jokowi Pernah Diragukan ,namun ternyata Berakhir dengan Pujian

  • Whatsapp

infoindonesiainews.com | SELASA, 28 JUNI 2022.

ARTIKEL

Bacaan Lainnya

JAKARTA | Saat ini, Presiden Indonesia tangah mengusahakan agar ikut berperan secara aktif guna mendorong perdamaian dari kelelahan Uni Eropa dan Amerika untuk meredam sikap Rusia yang semakin agresif dibalik pemberlakuan berbagai sanksi terhadap negaranya. Sebab dampak atas perang itu menjadi persoalan bagi UE dan Amerika yang telah dilanda krisis terhadap mereka pula. Terbukti hampir semua negara itu mengalami inflasi yang tinggi dan menerapkan strategi bunga yang tinggi pula demi mengamankan ekonomi negaranya. Jika tidak ingin menyusul Sri Lanka dan Pakistan yang saat ini pun sedang kepayahan.

Himbauan PBB terhadap Rusia seakan-akan menemui jalan terjal dari kerasnya sikap Putin yang menuntut keadilan atas wilayah zona pertahanannya yang terusik. Mendapat angin segar, Jokowi pun lantas digadang-gadang PBB menjadi juru damai dari sikap patah arang Rusia versus Ukraina yang melintang ditengah persoalan konflik yang terjadi saat ini. Resiko tinggi bukan tidak tampak, bayangkan saja jika Presiden Indonesia hadir ditengah situasi baku tembak dan rudal-rudal yang berseliweran tanpa ada yang tahu kemana arahnya. Bahkan Joe Biden selaku pemimpin Adi Kuasa itu pun akan kecut jika harus berada ditengah pusaran itu.

Bukan Jokowi namanya kalau dirinya tidak hadir ditengah resiko bahaya yang terpampang di depan mata, beliau pernah ke kabupaten Nduga di wilayah pedalaman Papua, walau beresiko tinggi, namun tetap saja beliau menjejakkan kakinya disana. Jawabannya tak lain adalah kemanusiaan, keadilan dan keamanan. Sama halnya dengan perjalanannya ke Ukraina, tantangan itu tak lain adalah sifat kemanusiaannya yang tinggi bagi antar sesama umat manusia, tak perduli resikonya sebesar apa, yang penting segalanya akan dihadapinya, sekalipun hati Putin telah sekeras CADAS. Walau dirinya kerempeng, tapi persoalan hati jokowi sesungguhnya baja yang tak mudah patah.

Hanya jokowi harapan dunia saat ini, hal itu ditampakkan betapa Joe Biden dan para pemimpin negara Uni Eropa telah pontang-panting oleh sikap Putin, diplomasi dan bagaimana cara jokowi melembutkan sikap pemimpin dunia telah kita saksikan dari pernyataan perdana menteri Australia yang berbalik mendukung untuk hadir pada pertemuan G-20, Perubahan sikap pun akan kita saksikan dari para perdana mentri nagara-negara Uni Eropa, tak terkecuali pemimpin Rusia sebagai saudara panjang Indonesia. Walau banyak pihak yang pesimis akan usaha itu, namun pada akhirnya medan besaran kejiwaan yang terhimpun dipundak jokowi akan menampakkan body language yang sangat lantang dari ketulusan hatinya dalam menyelesaikan berbagai persoalan dihadapannya.

Kita masih ingat betapa sulitnya menepis isu 2019 ganti presiden, ditengah merebaknya label PKI yang disematkan kearah Jokowi pada masa itu, bahkan para pecundang politik yang terus meniupkan kebencian dengan narasi fitnahnya yang disuarakan melalui mimbar keagamaan, bahkan tak sedikit para tokoh agama karbitan itu yang terlibat dalam panggung politik kotor hingga bergerak dengan berbagai isu negatif yang tanpa hentinya dari pemberitaan media sosial sehingga tak seorang pun mampu membatasi kebebasan dari ungkapan penghinaan dan hujatan terhadap diri jokowi saat menuju periode keduanya tersebut.

Akan tetapi, lambat laun angin pengakuan pun menghampiri dirinya, pujian sebagai pekerja keras, sosok yang jujur dan pintar serta perhatian terhadap rakyat pun tersemat kepadanya, pujian itu justru berawal dari pihak luar negeri yang berkali-kali menawarkan kompensasi dari investasi asing / PMA yang telah lama bermain api di Indonesia, sikapnya yang keras itu selalu tak membuatnya dirinya bergeming sedikit pun dari banyaknya tawaran yang menggiurkan jika hanya sekedar untuk memperkaya dirinya. Apalagi dibalik isu simpanan mantan pejabat Indonesia yang menyimpan uangnya di bank Swiss atau bank Australia, melalui kompensasi perpanjangan kontrak kerja penambangan di Indonesia.

Melalu media sosial dan pembentukan ormas yang tidak terhitung lagi berapa jumlah pastinya, rakyat rela membela sosok yang disebut kerempeng ini, bahkan masyarakat memunculkan wacananya untuk masa jabatan Presiden hingga 3 periode. Walau inisiatif itu telah dibatasi oleh Undang-undang, hal itu demi mengamankan masa depan Indonesia dan kekhawatiran akan kepemimpinan nasional yang kembali rawan dimanfaatkan oleh pihak-pihak atau kelompok yang mementingkan keserakahan dirinya sendiri serta naiknya pusaran korupsi atas APBN yang disalah gunakan dari tujuan pembangunan Indonesia.

Merasa kurang mendapat dukungan masyarakat, Lawan politiknya pun sengaja membuat kehebohan atas perhelatan capres 2024 yang beberapa saat yang lalu baru saja dimulai sekalipun ditengah wabah covid-19 yang belum mereda. Dari situasi itu, mereka sengaja memunculkan penggalangan kekuatan baru agar Jokowi menjadi peserta pilpres menuju tiga Periodenya, walau hal itu telah berulangkali ditolaknya dengan alasan sikap kepatuhan pada hukum konstitusi dimana beliau sangat menjunjung tinggi untuk mentaati hukum konstitusi yang berlaku. Sikapnya yang demikian tentu menjadi contoh bagi kepemimpinan yang akan datang.

Secara tidak langsung Jokowi memperlihatkan sisi kenegarawanan yang sejati serta patut dijadikan contoh bagi kepemimpinan generasi yang akan datang. Pada awalnya, ketidakyakinan akan sosok dirinya sebagai presiden pun datang dari berbagai kalangan, namun semua itu seakan sirna terbawa angin untuk berbalik memuji-muji kepiawaiannya dalam memimpin Indonesia, tak terkecuali JK yang bahkan pernah bicara jika negeri ini akan hancur, tapi nyatanya ucapan itu berbalik memuji kearahnya, demikian pula pesaingnya Prabowo Subianto dan yang lainnya. Keraguan apalagi yang harus diungkapkan ditengah sederet fakta yang dibuktikannya.

jkwguard #Andisalim #Toleransiindonesia #TI Mari Bertoleransi.


NARASUMBER PENULIS : ANDI SALIM. PEWARTA : INTAN JR. EDITOR RED : LIESNA EGA.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan