INFOINDONESIAINEWS.COM | BANDUNG BARAT, JABAR – Di sela-sela kegiatan rutin dengan pekerjaan, selalu menyempatkan diri untuk berdiskusi ringan dengan beberapa orang yang dianggap dapat dimintai masukkan terkait berbagai tantangan pekerjaan yang dihadapi. Walaupun diskusi ringan tidak berlangsung dengan jadwal pasti, akhir dari diskusi selalu melahirkan konklusi yang dapat ditindaklanjuti untuk menyikapi permasalahan yang jadi core bahasan.
Diskusi ringan dengan bahasan serius bersama beberapa teman dari berbagai elemen selalu terbangun dalam dengan lahirnya buah pikiran yang cukup strategis. Seperti halnya diksusi dengan beberapa teman yang selama ini menjadi penyokong dalam merealisasikan berbagai ide. Dalam suasana santai, diskusi selalu mengalir dengan begitu saja, tanpa gap dengan status dan jabatan. Berdasar berbagai pemikiran dari sudut pandang berbeda, selalu melahirkan bagai gagasan yang out of the box.
Kehidupan memang penuh dinamika yang harus dihadapi dan disikapi dengan bijak oleh setiap manusia. Dalam ekosistem kehidupan, setiap manusia dimungkinkan menghadapi permasalahan yang menjadi tantangan tersendiri untuk dapat terpecahkan dan dicarikan solusinya. Dalam keberlangsungan ekosistem kehidupan ini, manusia dituntut untuk terus melakukan penyesuaian dengan fenomena yang berlangsung. Salah satu langkah penyesuaian dengan fenomena keberlangsungan kehidupan adalah mendorong terbangunnya sinergitas dengan seluruh unsur yang menjadi bagian dari ekosistem kehidupan.
Keterbangunan dan keberlangsungan sinergitas di antara ekosistem merupakan sesuatu yang tidak bisa ditinggalkan oleh siapapun. Kehidupan tidak dapat dijalani seorang diri dengan tanpa ketergantungan pada orang lain dan makhluk yang berada di sekitar. Sekali saja menihilkannya, terlemparlah kita dalam fenomena kehidupan yang berlangsung. Karena itu, setiap unsur ekosistem perlu secara terus menerus membangunnya untuk dapat mengimbangi arus kehidupan yang berlangsung. Salah satunya melalui aktivitas diskusi di antara unsur ekosistem.
Dalam diskusi tanpa sekat di antara unsur ekosistem akan terlahir kelugasan dalam mengungkapkan berbagai ide, pendapat, atau pemikiran. Dengan terbangunnya kelugasan tersebut dimungkinkan akan ditemukan solusi pemecahan permasalahan yang kontekstual. Perolehan solusi tersebut menjadi bahan yang baik untuk dapat ditindaklanjuti melalui berbagai program nyata. Perolehan solusi dari proses demikian dapat menjauhkan diri dari terjadinya pembiasan.
Bila mencermati fenomena kehidupan yang tengah berlangsung saat ini, generasi saat ini dan masa depan berada di era VUCA. Era VUCA sendiri merupakan akronim dari Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity. Era penuh gejolak/anomali, ketidakpastian, kompleksitas, dan ketidakjelasan/ambigutas. Era yang dibangun dengan fenomena revolusi industri 4.0 dan masyarakat 5.0 serta kehidupan milenial. Keberadaan kedua warna kehidupan tersebut diperkuat pula dengan merebaknya pandemi Covid-19 yang melanda dunia. Secara lebih simple, era VUCA telah melahirkan dinamika kehidupan dengan perubahan yang begitu cepat serta berbagai ketidakpastian yang tidak bisa diprediksi dengan mudah oleh siapapun.
Pada era VUCA, termasuk era sebelumnya, berbagai aktivitas tidak dapat terlepas dari keterbangunan komunikasi, koordinasi, dan kolaborasi di antara berbagai elemen dalam ekosistem kehidupan. Kesadaran akan topangan dari ketiga hal tersebut harus semakin menguat. Berbagai aktivitas dapat berlangsung dengan sukses dan lancar karena ditopang berbagai elemen yang memiliki linieritas pemikiran, konsep, dan langkah.
Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap elemen yang ada memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelebihan pada satu elemen menjadi kekurangan dari elemen lainnya. Demikian juga dengan kekurangan pada satu elemen, menjadi kelebihan pada elemen lainnya. Dengan kata lain, mengimplementasikan konsep untuk melahirkan aktivitas optimal tidak hanya dapat dibangun oleh satu elemen semata, tetapi harus dibangun oleh banyak elemen dalam format kolaborasi.
Kolaborasi menjadi kata kunci yang melahirkan keberhasilan aktivitas. Seluruh elemen bergerak bersama mengarah pada tujuan sama yang telah dipancangkan sebelumnya. Melalui keterbangunan kolaborasi, ternihilkan ego sektoral yang begitu percaya dengan kekuatan individual untuk melahirkan dan menyukseskan aktivitas. Dalam konteks ini, kolaborasi antarelemen dalam membangun aktivitas bisa disepadankan pola pentahelix.
Pola kolaboratif inilah yang harus diperkuat untuk mengantarkan setiap aktivitas pada tujuan yang telah ditetapkan. Pola ini, seumpama puzel-puzel yang berbeda untuk mengisi rongga-rongga yang masih menganga.****
Narasumber Pewarta: Dadang Sapardan ( (Camat Cikalongwetan, Kab. Bandung Barat) / DasARSS IiNews Jabar. Editor Red : LiesnaEgha.