INFOINDONESIA – JAKARTA UTARA | Pertamina berhadapan dengan fakta sosial, yang telah masuk ke ranah politik. Pendudukan lahan itu faktanya telah dipolitisir oleh Anies hanya demi meraih suara.
Anies mengambil kebijakan kampanye Pilkada DKI Jakarta 2007 dengan janji-janji yang seolah populis, tapi de-jure menabrak hukum. Dulu potensial mencelakakan penduduk, tapi sekarang sudah bukan potensial lagi, sudah terbukti merengut nyawa anak bangsa.
Dulu dimasa kampanye dengan pongahnya sesumbar bahwa pemerintah kota sok tahu, dan tidak mau mendengar suara rakyat. Tapi setelah kabakaran tragis kemarin, Anies lenyap bak ditelan bumi. Kemana dia?
Apakah malu dan tidak mau menunjukkan batang hidungnya? Korban kebakaran Plumpang meregang nyawa, keluarganya menangis dan Anies ngumpet.
Pura-pura tidak tahu, berlagak pilon. Bagaimana ini?
Bagaimana pertanggungjawaban sertifikat Ijin Mendirikan Bangunan yang dulu dengan pongahnya ia bagi-bagikan itu? Apakah sertifikat-sertifikat itu telah ikut musnah ditelan api?
Lidah api ambisi berkuasa itu menjilat ke segala arah, dan jilatannya sangat mematikan.
Kabar terakhir Pertamina bakal memindahkan tangki timbun minyak di atas lahannya sendiri di Plumpang ke lahan milik Pelindo. Padahal semua tahu bahwa lahan di Plumpang itu milik Pertamina.
Gegara selama ini terjadi pembiaran sedemikian rupa sampai akhirnya diduduki sekelompok masyarakat. Lalu terjadi insiden kebakaran, kemarin hari Jumat malam.
Banyak memakan korban, belasan yang meninggal, banyak yang luka bakar. Ratusan yang menderita psikis dan mengalami kerugian material.
Belum lagi kita menghitung kerugian potensial gegara kilang minyak yang terbakar dan berhentinya operasi kilang itu. Semuanya terhenyak kaget.
Menteri Erick harus mengambil keputuhan cepat. Presiden Jokowi tidak bertele-tele, ia terus memantau. Pertamina dan Pelindo sama-sama BUMN, urusan administrasi mesti segera dibereskan.
Tapi mengapa Pertamina yang mesti “mengalah” memindahkan operasi kilang minyak mereka? Bukankah itu kilang distribusi?
Masih banyak tersisa pertanyaan lain yang belum terjawab.
Narasumber Pewarta:
Andre Vincent Wenas,MM,MBA. Direktur Eksekutif, Lembaga Kajian Strategis PERSPEKTIF (LKSP), Jakarta. Editor Red : Liesnaega.