infoindonesiainews.com | JUM’AT, 20 OKTOBER 2023.
JAKARTA – Cirebon, kota transit yang “terancam” mandeg seperti Kota Depok. Itu semua gegara mal-administrasi kota. Beberapa segi jadi perhatian Peter Nobel, seorang arsitek muda yang punya perhatian besar terhadap tata-kota.
Ambil contoh di Kecamatan Kesambi dan Kecamatan Pekalipan, ada dua jalur rel kereta api yang paralel. Dua rel kereta ini parallel dan kerap jadi biang kemacetan Kota Cirebon dan berpotensi mengakibatkan kecelakaan.
Dua rel ini melintas di dua kecamatan yang berdekatan, sehingga ketika kita sudah melintasi rel pertama di kecamatan yang pertama, langsung dihadang oleh rel di kecamatan kedua yang jaraknya “tanggung” (jauh tidak, tapi dekat pun tidak) persisnya sekitar 107 meter.
Menurut Peter Nobel, solusinya sederhana sebetulnya, “Segera bangun Fly Over Kereta Api Cirebon. Hal ini sebetulnya sudah lama masuk perencanaan PUPR dan rencana Pemkot Cirebon. Tapi kapan realisasinya entahlah.”
Hal lain yang jadi perhatian Peter adalah kondisi jalan yang terlihat amburadul dalam soal kualitasnya. Begini, “Jalan di Kota Cirebon menurut data Pemkot tahun 2022 adalah 159 km, itu jalan yang diaspal, kondisinya yang baik adalah 134,7 km, kondisi sedang 13,7 km, yang rusak ringan 2 km, dan yang rusak berat sepanjang 8,5 km.”
Tapi, “Kalau ada jalan yang rusak atau bolong khan perbaikannya mesti ikut prosedur teknis yang baku, area yang rusak itu seyogianya di gali dulu supaya area penambalannya memenuhi standar teknis. Tapi nampaknya kerap langsung ditambal saja, sehingga area pinggirannya gampang terkikis dan rusak lagi. Begitu terus, khan anggarannya jadi habis terbuang percuma.”
Pengelolaan sampah adalah persoalan perkotaan yang juga menjadi perhatian. Peter bilang, “Pengelolaan sampah yang ditimbun di TPA Kopi Luhur terjadi kebakaran pada September 2023 lalu gegara gas metana yang tidak diantisipasi. Tidak adanya pemisahan sampah organik dan non-organik memang bisa berisiko menghasilkan gas metana yang gampang meledak begitu ada pemicunya.”
Gagasan Peter lainnya, “Ada lagi soal Sukalila, itu sungai atau kali yang sudah kotor dan kumuh banget. Mestinya kawasan bisa disulap jadi ‘Sukalila River Bay’ seperti di Singapura, dimana sungainya bersih dan jadi tempat ‘hang-out’ warga kota. Tapi itu semua butuh penyelenggara administrasi kota yang berintegitas.”
Peter Nobel adalah alumnus Universitas Katolik Soegijapranata, lulus tahun 2018 dari Fakultas Arsitektur dan Desain. Ia berencana untuk ikut dalam kontestasi dalam pileg Kota Cirebon lewat Partai Solidaritas Indonesia.
PSI dipilihnya karena semangat muda serta partai ini yang dianggapnya bisa mengakomodasi serta mengawal aspirasinya dalam memperbaiki tata-kota Cirebon. Tempat tinggal sekaligus kota dicintainya.
Kita mencatat hal penting dari kata-kata arsitek muda ini, “Kita butuh administrator kota yang berintegritas.” Artinya penyelenggara kota yang bisa membuktikan satunya kata dengan perbuatan, integrasi antara kata dengan aksi nyata.
Integritas, adalah hal yang kita idamkan sebagai rakyat, dari penyelenggara kota maupun dari para wakil rakyat kita di parlemen.
Narasumber Pewarta: Andre Vincent Wenas,MM,MBA. Direktur Eksekutif, Lembaga Kajian Strategis PERSPEKTIF (LKSP), Jakarta. Editor Red : Liesnaega.