Pola Pendidikan Generasi ‘Z’

  • Whatsapp

infoindonesiainews.com | SELASA, 1 MARET 2022.

BANDUNG BARAT | Generasi Z lahir ditengah perubahan teknologi digital. Arus globalisasi serta pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan diberbagai bidang mengiringi tumbuh kembang generasi ini. Generasi Z disebut juga dengan iGeneration atau generasi net/internet. Anak generasi Z sejak kecil telah terbiasa dengan gadget sehingga mereka cenderung memiliki kecerdasan digital yang tinggi dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya.

Bacaan Lainnya

Jumlah penduduk usia sekolah didominasi oleh generasi Z yang lahir pada tahun 1997 sampai dengan 2012. Generasi Z saat ini berusia antara 10 – 25 tahun, mereka duduk dibangku sekolah dasar hingga perguruan tinggi dan beberapa persen sudah masuk kedalam dunia kerja. Dapat dikatakan bahwa bangku pendidikan saat ini didominasi oleh generasi Z.

Ryan Jenkins (2017) menyatakan bahwa generasi Z memiliki harapan, preferensi, dan perspektif kerja yang berbeda serta dinilai menantang bagi organisasi. Mereka memiliki karakter yang sangat beragam serta global sehingga dapat memberikan pengaruh yang cukup kuat terhadap perubahan sosial dan budaya dalam masyarakat. Disisi lain mereka mampu memanfaatkan perubahan teknologi dengan baik dalam setiap aspek kehidupan. Bagi generasi Z, penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari sangat lazim digunakan seperti layaknya mereka bernafas.

Rasulullah SAW bersabda: “Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu”. Hadist tersebut mengandung arti bahwa dunia akan selalu mengalami perubahan. Orang tua dan guru dituntut untuk menyesuaikan pola asuh serta pendidikan yang tepat bagi anak ditengah perkembangan zaman yang terjadi.

Pola pendidikan dengan sasaran generasi Z harus mengikuti karakteristik mereka yang kental dengan dunia teknologi serta internet. Sejak kecil generasi Z telah dikenalkan dengan gadget, internet, youtube, dan sosial media sehingga mereka tumbuh dengan memanfaatkan internet sebagai sumber pengetahuan dan interaksi sosial. Pola pendidikan untuk anak generasi Z akan berbeda dengan generasi sebelumnya, mereka tidak bisa diajarkan dengan menggunakan metode yang konvensional seperti ceramah saja. Melalui kemajuan teknologi yang pesat segala macam informasi dan pengetahuan tidak hanya didapatkan dari guru semata, melainkan telah tersedia secara lengkap didalam gadget kecil dengan memanfaatkan jaringan internet. Proses pembelajaran dengan sentuhan teknologi digital menjadi pilihan terbaik bagi para pendidik untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan serta mendorong kreativitas mereka.

Smartphone, sosial media, serta beragam aplikasi menarik telah menjadi gaya hidup para generasi Z. Informasi dan teknologi telah menjadi bagian dari kehidupan para generasi ini karena akses yang terbuka luas terhadap segala macam informasi. Para generasi Z melakukan aktifitas bermain, belajar, dan bekerja dengan menggunakan gadget, komputer, atau laptop. Mereka sangat mahir berselancar didunia maya dengan memanfaatkan internet. Seolah memiliki kehidupan sendiri, dampak internet dan gadget sangat besar bagi pembentukan karakter generasi ini. Oleh karena itu para generasi Z harus dipersiapkan baik mental, pengetahuan, maupun karakternya agar tidak salah arah dalam memanfaatkan perkembangan teknologi yang sangat cepat melalui sistem pendidikan yang tepat.

Generasi Z cenderung lebih mandiri dalam belajar, mereka dapat mencari materi yang sedang dipelajari sendiri tanpa harus disuapi oleh guru. Guru berperan sebagai fasilitator serta mendukung minat anak. Seluruh aktivitas pembelajaran harus melibatkan partisipasi aktif anak. Guru diharapkan dapat memberi kesempatan kepada anak untuk mengeksplorasi materi melalui berbagai sumber belajar. Kebebasan berpendapat terkait dengan substansi pelajaran maupun proses pembelajaran dapat mengasah kemampuan berfikir kritis dan menciptakan suasana belajar yang nyaman serta kondusif. Pembelajaran untuk generasi Z harus disesuaikan dengan karakteristik yang melekat pada mereka.

David Stillman dan Jonah Stillman (2017) memberikan gambaran lebih komprehensif tentang karakter generasi Z, yaitu: figital, fear of missing out (FOMO), hiperkustomisasi, terpacu, realistis, weconomist, dan do it yourself (DIY). Berikut adalah penjelasannya :

Karakter figital :
Karakter figital mengarah kepada hadirnya dunia dimana tidak ada perbedaan antara fisik dan juga digital. Kata figital merupakan penggabungan antara fisik dan digital. Bagi generasi Z dunia fisik sama dengan dunia digital, yang telah menjadi kebutuhan sehari-hari.

Karakter ini memunculkan pola pembelajaran berbasis digital atau pembelajaran jarak jauh, yang saat ini sudah diterapkan dalam rangka pandemic covid. Guru harus mampu mengikuti trend digital dengan memanfaatkan internet dalam proses pembelajaran.

Pemberian tugas kepada anak yang biasanya berupa tugas tertulis, bergeser kepada tugas berfikir kritis dan kreatif dalam bentuk pembuatan proyek dan video. Berbagai platform dapat digunakan dalam pembelajaran, seperti google classroom, zoom, webex, quiziz, whatsapp, dll.

Karakter fear of missing out (FOMO)
Karakter FOMO atau takut melewatkan sesuatu merupakan salah satu sifat dari generasi Z. Rasa ingin tahu yang besar serta kemudahan mencari informasi menjadi pemacu bagi anak untuk selalu mencari tahu informasi dari berbagai sumber. Mereka terhubung secara aktif dengan komunitasnya melalui sosial media. Berbagai informasi bisa didapatkan dengan mudah, namun tidak semua informasi dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya atau hoax. Peran guru sangat penting dalam mengakurasi berbagai informasi yang didapatkan anak, serta mengedukasi bagaimana memilah informasi yang positif dan negatif.

Karakter hiperkustomisasi
Kemampuan kustomisasi merupakan salah satu kelebihan dari generasi Z, yaitu menyesuaikan atau memodifikasi sesuatu agar sesuai dengan dirinya. Mereka dapat menentukan kebutuhannya sendiri. Aktifitas berselancar didunia maya merupakan cara mereka dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam proses pembelajaran, menentukan cara belajar sesuai dengan minat merupakan sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi. Guru harus memberikan kebebasan kepada siswa untuk mencari sumber belajar diluar aktivitas kelas.

Karakter terpacu
Sifat kompetitif yang tinggi menjadi salah satu karakter dari generasi Z. Anak menjadi kompetitif dengan berbagai potensi yang dimiliki. Peran guru adalah bagaimana memfasilitasi jiwa kompetitif anak untuk menciptakan suatu inovasi dan meningkatkan berbagai kemampuan yang dimilikinya. Sifat kompetitif ini memotivasi anak untuk terpacu menjadi yang terbaik.

Karakter realistis
Sifat realistis dimiliki oleh generasi Z. Mereka cenderung berorientasi pada masa kini, namun sangat terbuka terhadap segala perubahan yang mengarah kepada kemajuan. Sikap realistis menjadi tameng untuk bertahan dan melangkah maju. Dalam proses pembelajaran sikap realistis perlu diwujudkan dalam bentuk praktek riil serta ilmu yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Karakter weconomist
Karakter weconomist atau ekonomi berbagi merupakan ciri dari generasi Z yang selalu hidup berdampingan dengan kelompoknya. Kepekaan terhadap lingkungan sosial menjadi bagian dari weconomist, mereka dapat berkomunikasi dan melihat dunia melalui gadget dalam genggaman tangan. Implementasi karakter ini dalam pembelajaran berupa kolaborasi tugas kelompok. Tugas yang tepat diberikan untuk generasi Z adalah tugas proyek untuk melatih kepemimpinan, kerjasama, serta toleransi dalam kelompok.

Karakter do it yourself (DIY)
Generasi Z memiliki kemandirian yang tinggi dan dapat melakukan banyak hal sendiri (DIY), hanya dengan bermodal tutorial dari youtube. Pembelajaran yang menarik serta beragam dapat mendorong kreativitas anak untuk menciptakan inovasi yang bermanfaat.

Perubahan zaman menuntut para pengikutnya untuk terus belajar agar dapat berjalan beriringan serta tidak tertinggal. Penyesuaian pendidikan dengan karakteristik zaman yang selalu berubah perlu dilakukan supaya anak dapat berkembang sesuai dengan minatnya serta mendapatkan bekal yang cukup untuk mengarungi kehidupan yang menantinya. Iklim belajar yang kondusif perlu diciptakan guna membangun self regulation bagi diri anak, serta pemberian berbagai stimulan untuk meningkatkan kemampuan kognitif, psikomotorik, dan sosial anak sebagai optimalisasi potensi yang dimiliki. Pendidikan yang baik diharapkan mampu membentuk generasi Z menjadi generasi penerus bangsa yang beriman serta berkualitas untuk mendukung kemajuan bangsa.

(Fungsional Pengembangan Bahasa Daerah, Bidang Kurikulum dan Bahasa, Disdik KBB)

NARASUMBER : WIKA. KD. PEWARTA : DASSAR IINEWS JABAR. EDITOR RED : LIESNA EGA.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan