INFOINDONESIA – JAKARTA | Kita tahu bahwa permintaan nikel dunia terus tumbuh, seperti disebutkan dalam laporan Wood Mackenzie permintaan nikel setengah jadi (refined nickel) akan tumbuh dari sekitar 3 juta metrik ton pada tahun 2022 menjadi sekitar 5,8 juta metrik pada tahun 2040, itu gegara didorong oleh permintaan baterai kendaraan listrik,” kata Andre Vincent Wenas, Ketua DPP Partai Solidaritas Indonesia merangkap jurubicara bidang ekonomi, dalam keterangannnya Rabu, 8 Maret 2023.
Sementara Indonesia yang punya 23,7% dari keseluruhan cadangan nikel dunia, berdasarkan perhitungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat peningkatan kapasitas peningkatan produksi nikel sebanyak rata-rata 2% dari tahun 2018 hingga 2021. Artinya setiap tahun ada peningkatan 2 juta ton produksi nikel.
PSI menilai bahwa, “Ini gejala baik, komitmen Indonesia membangun ekosistem kendaraan listrik sebagai bentuk kebijakan transisi energi dunia. Presiden Jokowi sudah bergerak dengan secara terbuka minta agar Tesla membangun produksinya di Indonesia,” ujar Andre lebih lanjut.
Isu lingkungan perlu diperhatikan, di awal tahun 2023 ini ada perdebatan tentang memperpanjang umur tambang nikel. Ini lantaran agresivitas para penambang nikel yang bisa mempercepat habisnya cadangan nikel dan juga merusak lingkungan.
Saat ini diperkirakan sudah ada 45 smelter nikel di Indonesia. Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) mencatat hingga tahun 2025, Indonesia akan memiliki 136 smelter nikel.
“Kita mencatat apa yang dikemukakan oleh APNI bahwa pengerukan nikel yang terlalu agresif dan tanpa memperhitungkan keberlanjutan sumber daya tidak terbarukan ini tidak hanya akan merusak lingkungan, namun juga dapat berarti bahwa sumber daya nikel ini akan habis terlalu cepat, dan tidak akan lagi tersedia untuk generasi-generasi berikutnya,” kata Andre lebih lanjut.
Perlu diwaspadai bahwa, “Umur cadangan bijih nikel di Indonesia hanya bisa mencapai 13 tahun dengan mengambil asumsi bahwa cadangan setiap tahun kapasitas smelter yang berteknologi pirometalurgi yang mengolah bijih nikel kadar tinggi (saprolite) hingga 100 juta ton per tahun.”
Menurut APNI, dengan teknologi hidrometalurgi umur cadangan bijih nikel diperkirakan sekitar 60 tahun dengan asumsi jumlah cadangan 3,6 miliar ton dan tingkat produksi bijih nikel kadar rendah sebanyak 60 juta ton per tahun.
Berdasarkan kajian ilmiah telah diprediksi bahwa dampak yang lebih parah, seperti permasalahan sanitasi, banjir, dan polusi laut, bisa saja terjadi jika aktivitas proses produksi nikel tidak dilakukan dengan amat berhati-hati dan mengedepankan keberlanjutan.
“Ekspolitasi tambang nikel, walau terdeteksi cadangannya besar di Indonesia, hendaknya tetap dilakukan secara terencana baik. Dan sebesar-besarnya demi kemakmuran bangsa Indonesia,” kata Andre menutup keterangannya.
Narasumber Pewarta: Andre Vincent Wenas,MM,MBA. Ketua DPP PSI/Juru Bicara bidang Ekonomi
Email: [email protected]. Editor Red: Liesnaega.