infoindonesiainews.com | JAKARTA – Dampak dari pertemuan PSI dengan Prabowo Subianto memang luar biasa bikin pening kepala. Tapi biarlah, rambut putih ubanan makin banyak di kepala. Mudah-mudahan jadi semakin mirip Richard Gere. The Roman’s grey. Hehe…
Tadi siang makan bareng sahabat yang juga kader Golkar dan PDIP. Santai saja. Mereka tahu tulisan saya “keras” terhadap partainya, tapi relasi kita baik-baik saja. Makan siang kita pun penuh canda dan tawa.
Cuma rekan-rekan di medsos ini yang luar biasa, kalau kata Pak Prabowo dulu, mereka “lebih TNI dari TNI”. Sekarang para simpatisan ini jadinya lebih PDIP dari PDIP, lebih Golkar dari Golkar, lebih Nasdem dari Nasdem, dan seterusnya.
Pasca kunjungan Pak Prabowo ke basecamp PSI untuk silaturahmi, banyak polemik di media. Ada yang mencaci (utamanya ke PSI), disamping banyak pula yang memuji.
Berbagai interpretasi bebas yang kerap tanpa memperhatikan konteks peristiwanya memang mengacaukan kesimpulan yang ditarik. Kita jadi semakin sadar betapa pentingnya mata kuliah logika.
Bagaimana bisa menyimpulkan kedatangan seorang Prabowo Subianto ke basecamp PSI untuk silaturahmi ditarik kesimpulan bahwa PSI serta merta akan mendukungnya.
Grace Natalie barusan bilang, “PSI masih punya sejumlah mekanisme internal antara lain Kopdarnas. Kok bisa konklusinya begini (PSI beralih dukung Prabowo)?” Seperti dikutip dari DetikNews, Minggu, 6 Agustus 2023.
Memang seingat kita belum ada pernyataan resmi PSI akan mendukung bacapres Prabowo Subianto. Justru yang ada adalah deklarasi Ganjar – Yenny (bahkan sejak Oktober 2022). Dan dukungan terhadapnya itu belum dicabut, sampai sekarang.
Lalu ada juga yang mengirimi kita video tentang pengunduran diri ramai-ramai kader PSI (kasusnya terjadi di Palembang). Sambil dikomentari “Rasain deh PSI, mampuslah”. Wuihh… kejam sekali bang.
Itu bukannya mereka mengundurkan diri, tapi memang sudah dipecat dari PSI. Kenapa? Lantaran memungut uang dari bacalegnya. Itu hal yang haram di PSI, maka segerombolan itu pun dipecat.
Tapi video itu di-share ulang oleh mereka yang: 1) tidak tahu latar belakangnya, 2) tahu tapi sengaja dibagikan ulang dengan notes yang mendiskreditkan PSI.
Terhadap yang pertama tentu PSI wajib menjelaskan. Lalu terhadap yang kedua, teman-teman PSI pun wajib juga …untuk mendoakan mereka.
Lalu ada tuduhan “PSI mengakuisisi Partai Berkarya”, maka dianggapnya telah terafiliasi dengan Cendana (Tommy dan Titi Soeharto). Wuiihh… serem banget.
Kita tahu bersama bahwa dalam proses verifikasi faktual di KPU, Partai Berkarya tidaklah lolos. Maka banyak kadernya pindah ke berbagai partai lain. Mereka masih mau berkontribusi dalam kancah politik bangsa.
Ada yang ke PDIP, ada juga yang ke Gerindra, Nasdem, Golkar, PAN, PPP, Perindo, Gelora, PKN (Partai Kebangkitan Nusantara) dan tentu saja yang dibikin ramai adalah yang ke PSI.
Masuk ke PSI tentu sah-sah saja, asalkan mematuhi dua (2) prinsip dasar: 1) Anti-Korupsi, dan 2) Anti-Intoleransi. Serta mesti siap bekerja untuk rakyat dan siap untuk diawasi. Maka go ahead, no problem. Apa ada masalah? Nggak khan.
Rasanya sih teman-teman di PDIP, Gerindra dan parpol lainnya juga punya prinsipnya sendiri untuk dipatuhi oleh mereka yang mau bergabung dengan partainya.
Betul nggak?
Narasumber Pewarta:
Andre Vincent Wenas,MM,MBA. Direktur Eksekutif, Lembaga Kajian Strategis PERSPEKTIF (LKSP), Jakarta. Editor Red : Liesnaega.